Kunci-Kunci Kemenangan Ummat
Dalam
perang badar, dengan jumlah kamum muslimin yang masih sedikit dan jumlah musuh
yang lebih banyak dengan tiga kali lipatnya kaum muslimin bias memenangkan
peperangan. Bukan tanpa sebab kemenangan kaum muslimin bias tercapai saat
itu. Secara akal sehat tidak mungkin rasanya kemenangan yang besar tersebut
bias tercapai, bukan lain karena pertolongan Allah SWT.
Namun
perlu diketahui Allah SWT pun sudah menerapkan sunnatullah-Nya. Dia memberikan
syarat-syarat pertolongan-Nya dengan janji kemenangan-kemengan yang hakiki bagi
ummat. Sebagaimana kemenganan kaum muslimin di medan perang badar Kubro. Mari disimak
QS. Al-Anfal ayat 46-47 berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا
وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ
رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِين. وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِن دِيَارِهِم بَطَرًا وَرِئَاءَ
النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ
مُحِيطٌ.
Hai orang-orang yang beriman. apabila
kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama)
Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan
Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi
gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang
keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada
manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi
apa yang mereka kerjakan.
Syaikh Muhammad Abdul Athi Buhairi
dalam kitab Nida’atur Rohman Li Ahlil Iman memberikan penjelasan bahwa
seruan ini ditujukan kepada kaum mu’minin sebagai pelajaran dari Allah SWT
tentang bagaimana sikap seorang mu’min dalam menghadapi musuh-musuh Allah. Ayat
ini diawali dengan awalan kalimat يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا yang berarti Nida’ul Karomah
(panggilan kemuliaan/kehormatan) dari Allah secara langsung sebagaimana
dijelaskan oleh beliau Syaikh Muhammad Abdul Athi Buhairi.
Allah SWT menjelaskan sebab-sebab
meraih kemenangan yang hakiki dalam menghadapi kedzoliman musuh-musuh Islam.
Setidaknya ada 6 hal besar yang ditunjukkan oleh Allah SWT tentang sebab-sebab
tercapainya kemenangan dalam QS. Al-Anfal ayat 45-47 ini:
1. فَاثْبُتُوا (Tegar/teguh hati) ketika menghadapi Musuh. Babak awal ketika
ingin meraih kemenangan sejati adalah tegar atau berteguh hati. Ketegaran
inilah yang menghantarkan menuju kemenangan. Orang yang beriman terkadang tidak
menyadari kalau musuhnya ternyata lebih sengsara daripada mereka, mereka merasa
sakit sebagaimana kaum beriman merasa sakit. Akan tetapi bedanya, mereka tidak
punya harapan kepada Allah sedangkan kaum mukminin mempunyai harapan yang
digantungkan kepada Allah yang maha Kuasa. Maka apabila kaum mukminin mau lebih
tegar, lebih sabar niscaya akan meraih kemenangan yang hakiki.
2. وَاذْكُرُوا
اللَّهَ كَثِيرًا (Selalu banyak
berdzikir kepada Allah). Berdzikir (mengingat) Allah adalah pelajaran yang
sangat prinsip bagi seorang mu’min. Bahkan Al-Quran sendiri telah menceritakan
umat-umat terdahulu tatkala berhadapan dengan tukang-tukang sihir Fir’aun.
Tatkala Fir’aun mengancam mereka dengan siksaan yang berat maka hati kaum
mu’min semakin khusu’ dan lebih sepenuhnya berserah diri serta pasrah kepada
Allah. Mereka berkata sebagaimana disebutkan dalam Qs. Al-A’raf ayat 126:
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami,
limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah
diri (kepada-Mu)".
Mereka mengingat Allah dengan lisan dan
hati mereka meskipun tubuh mereka disiksa oleh fir’aun dengan siksaan yang
berat. Dzikir kepada Allah merupakan hubungan ketergantungan yang kuat kepada
Dzat yang memiliki kekuatan yang tidak terkalahkan, percaya kepada Allah yang
mempunyai kuasa untuk memenangkan kekasihnya. Allah SWT memberikan mereka dua
pilihan yang mulia, kemenangan di dunia atau mati syahid dalam berjuang.
3. وَأَطِيعُوا
اللَّهَ وَرَسُولَهُ (Taat kepada Allah dan Rasul-Nya). Taat kepada Allah dan
Rasul-Nya ini bertujuan agar kaum mu’minin pasrah sepenuhnya kepada Allah
sehingga mereka tidak saling bertentangan. Manusia tidak saling bertentangan
kecuali dipicu oleh adanya beberapa pemimpin, hawa nafsu, syahwat dan terlalu
senang jabatan. Seandainya seseorang memasrahkan semua urusannya kepada Allah
dan Rasulnya niscaya hilanglah semua pertentangan-pertentangan itu.
4. وَلَا تَنَازَعُوا (Menjauhi
perselisihan dan pertengkaran/saling berbantah-bantahan). Banyak
berbantah-bantahan tidak jarang justru berujung dengan perpecahan. Hanya karena
perbedaan pandangan dan pilihan politik tidak sepantasnya berujung perpecahan.
Padahal perpecahan merupakan satu hal yang sangat dilarang dalam Islam.
Perintah Allah bersatu padu sangat jelas sebagaimana QS. Ali Imran [3]: 103 (وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ) demikian
juga perintah untuk menyusun barisan dengan rapi sebagaimana dijelaskan dalam
QS. As-Shoff [61]: 3:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ
يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَانٌ مَّرْصُوصٌ
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang
berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
suatu bangunan yang tersusun kokoh.
5. وَاصْبِرُوا (Sabar dan tabah dalam berjuang).
6. بَطَرًا
وَرِئَاءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ (Jangan sombong, jangan bersikap Riya
dan jangan menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah). Sebagaimana
disebutkan dalam ayat yang ke 47 berikut:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِن دِيَارِهِم بَطَرًا وَرِئَاءَ
النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ وَاللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ [٨:٤٧]
Dan
janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan
rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang)
dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.
Allah mengingatkan kaum mukminin agar menjauhi
tiga sikap ini. Ketiga sikap ini telah dipraktekkan oleh Abu Jahal dengan
congkaknya merasa punya pasukan yang lebih banyak serta menghalang-halangi
orang lain dari jalan Allah sehingga berakhirlah dia dengan kekalahan dengan
izin Allah.