Ketenangan Jiwa dan Raga
Ketenangan Jiwa dan Raga. Sebuah keniscayaan dalam mencapai ketentraman dan ketenangan
jiwa raga adalah menautkan hati hanya kepada Allah. Hati tidak akan tentram,
tenang dan damai kecuali dengan tersambung dan sampai kepada Allah. Tidak bisa
tidak. Bahkan terhadap orang yang berharta dan bertahta sekalipun.
Ada seorang yang kaya raya, rumahnya luar bisa mewah dengan
fasilitas dan perabotan yang diatas rata-rata, mempunyai mobil kelas premium
gold dan segala bentuk kemewahan dari kehidupan dunia. Makan serba dibatasi,
tidak boleh makan ini itu. Kontrol dan konsultasi kesehatan. Selalu waspada
dengan yang namanya sakit. Namun anehnya, ia merasa hampa dan kosong dari
kebahagiaan. Dikejar-kejar deadline dan segudang persoalan yang tiada selesai.
Sebaliknya, ada orang yang hanya pengayuh becak, dengan rumah
seadanya, namun merdeka dari segala perbudakan harta benda. Makan seadanya bisa
termakan. Tidak neko-neko. Urusannya bukan mau makan apa hari ini, tapi bisa
makan apa tidak hari ini. Yang penting bisa makan, selesai sudah persoalan. Tertawa
riang di tengah kebisingan roda kehidupan. Merdeka. Serasa tak ada beban.
Walaupun semua orang pasti punya beban dan soal.
Seseorang yang mencintai kekasihnya akan merasa tenang dan
tentram jika dekat dengannya. Begitu juga dengan hati dan jiwa manusia. Sang
pemilik hati dan jiwa seluruh manusia ialah Allah. Siapa yang cinta, harapan
dan kecemasannya hanya ditujukan kepada Allah semata, niscaya ia akan
mendapatkan keuntungan abadi berupa kenikmatan, kelezatan, kebahagiaan dan
keberkahan dari-Nya.
Sebuah ilustrasi sederhana. Ketika seseorang yang anda kagumi
tersenyum kepada anda ketika berpapasan di jalan, boleh jadi anda membalas
senyumannya karena anda merasa senang. Pada gilirannya, anda merasa mendapatkan
sambutan, orang tadi bertanya kepada anda, mau kemana? Lalu anda menjawab. Mau
Kuliyah. Ia pun melambaikan tangan ketika berpisah dan anda membalas dengan
melambaikan tangan pula. Di Kampus masih mengenang peristiwa sebelumnya yang
menyenangkan. Anda juga tersenyum-senyum kepada orang lain dan mendapatkan
tanggapan dari teman anda. Kok kamu tampak bahagia sekali hari ini. Begitu
seterusnya. Kira-kira anda merasa senang atau tidak jika demikian?
Ketika kita ingin tenang dan tentram dalam jiwa, maka yang
harus kita lakukan adalah mendekati-Nya. Jika berdekat-dekatan dengan orang
yang kita cintai saja bisa membuat hati senang dan gembira bukan main, tentu
jika kita dekat dengan Allah maka ketentraman dan rasa bahagia akan menyelimuti
hati dan jiwa kita.
Ketenangan Ketika Mendapat Musibah?
Kasih sayang yang didapatkan seorang hamba sewaktu ditimpa
musibah sebanding dengan kadar perintah Allah yang dikerjakannya. Jika dia
melaksanakan perintah secara sempurna, lahir dan batin niscaya ia akan
mendapatkan kasih sayang secara lahir dan batin pula. Hasilnya adalah
ketenangan jiwa dan raga. Tetapi jika perintah Allah dilaksanakan dalam bentuk
lahirnya saja tanpa mencakup hakikatnya, niscaya dia hanya memperolah kasih
sayang lahiriyah sedikit batiniyah. Tentu ketenangannya pun berbeda.
Post a Comment for "Ketenangan Jiwa dan Raga"