MEA: Gerakan Ekonomi Muhammadiyah Berbasis Syariah
Pada awal berdirinya Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan sebagai founding father Muhammadiyah itu sendiri adalah seorang ulama, pengajar dan juga pedagang. Beliau mengajarkan kepada murid-muridnya selain ilmu-ilmu agama juga ilmu-ilmu lain, seperti halnya ilmu seni biola, pengajaran bahkan perdagangan dengan menjual batik ke berbagai daerah. Amal usaha Muhammadiyah sendiri sekarang sudah mencapai ratusan perguruan tinggi , ribuan sekolah menengah, SD dan panti asuhan bahkan ratusan rumah sakit serta pusat-pusat pengajaran Muhammadiyah lainnya.
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah islam yang sudah sebesar ini sangat potensial untuk membangun kekuatan ekonomi sendiri. Apalagi dengan dukungan anggota Muhammadiyah yang tersebar di seluruh nusantara dan berbagai amal usaha Muhammadiyah yang sudah nyata eksistensinya. Belajar dari orang china yang membangun ekonomi mereka secara intensif yang akhirnya menjadi kuat dan selanjutnya menginvasi ke negara-negara lain.
Bukan berarti apabila Muhammadiyah membangun perekonomian lantas meninggalkan peran utamanya sebagai gerakan dakwah islam amar makruf nahi mungkar. Tetapi Muhammadiyah mengakomodir para anggotanya untuk bersatu padu dan berafiliasi dalam satu wadah naungan yang di ciptakan Muhammadiyah sendiri dalam satu visi dan misi untuk membangun gerakan ekonomi islam. Ini sangatlah potensial, apalagi dilihat dari karakter orang-orang Muhammadiyah yang memang cukup berbakat dengan bidang ekonomi.
Apabila gerakan ekonomi Muhammadiyah ini telah terbagun secara mandiri di tingkat internalnya, maka bisa di perluas jangkauan kerjanya dalam lingkup yang lebih luas untuk membangun jaringan tanpa meninggalkan visi misi dari gerakan Muhammadiyah itu sendiri. Untuk membangun ekonomi tersebut bisa di awali dengan hal-hal kecil, misalnya dengan mengadakan pelatihan kewirausahaan secara intensif, memberikan modal dengan sistem bagi hasil, menghubungkan jaringan dengan sesama anggota dll.
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah memang seharusnya kuat dalam ekonomi. Mengapa itu di perlukan?. Karena tantangan dakwah di masa depan tidak hanya berkutat pada mengajarkan ilmu-ilmu islam saja. Akan tetapi juga kompleks dengan hal-hal lain. Terlebih dengan adanya tantangan di negara-negara asean dengan Asean Economy Community yang menjaring negara-negara asean untuk saling berkompetity dalam lingkup yang lebih luas.
Ini menjadi kesempatan emas bagi Indonesia umumnya dan secara khusus kepada Muhammadiyah yang sudah melalang buana dalam dunia dakwah. Ini saatnya Muhammadiyah berjalan di atas landasan ekonomi islam. Berjihad dengan gerakan ekonomi yang dijiwai dengan semangat tajdid dan pencerahan.
Post a Comment for "MEA: Gerakan Ekonomi Muhammadiyah Berbasis Syariah"