Teladan, Pengajaran yang Terlupakan Oleh Pendidik
(di terbitkan di
Republika pada hari senin, 04 November 2013 dengan judul Teladan yang Terlupakan)
Akhir-akhir ini banyak masalah mengenai siswa-siswi di sekolah. Mulai dari
siswa-siswi SMA yang perilakunya sudah seperti suami-istri sampai anak SMP yang
melakukan hubungan intim di kelas yang baru kemarin heboh di media masa. Entah
apa penyebabnya, yang pasti ada faktor-faktor internal dan eksternal yang
melatarbelakanginya. Entah itu dari teman sebaya ataupun dari teknologi dan
informasi yang mereka akses. Dalam kasus lain, ketika seorang siswa ketahuan
gurunya sedang mencontek, mereka justru membantah “memangnya pak guru dulu
tidak pernah menyontek?”. Saya prihatin dengan masa depan bangsa ini jika
hal-hal demikian sudah mendarah daging pada murid-murid kita.
Muncul sebuah pertanyaan, mengapa sampai bisa anak didik di sekolah seperti
itu?. Apakah ada yang salah dengan sistemnya ataukah bagaimana. Lepas dari
perbedaan pandangan mengenai penyebabnya, kita sebagai guru seharusnya tidak
hanya mementingkan aspek-aspek intelegensi semata. Namun terkadang kita sebagai
guru melupakan aspek-aspek lain yang kadarnya sebanding dengan aspek
intelegensi, yaitu akhlak dan keteladanan.
Dikalangan pendidik sudah mafhum bahwa mendidik dan mengajar adalah tugas
pokok dan tuntutan profesi yang disandangkan oleh seseorang yang dikenal dengan
istilah guru. Siapapun orangnya ketika ia telah memilih sebagai seorang guru,
konsekwensi logisnya ia telah siap bergelut dalam dunia mengajar dan mendidik.
Banyak guru yang memaknai bahwa profesi guru hanya sebatas mengajarkan
pengetahuan dan mentransfernya semata. Sedangkan aspek-aspek lain kurang
diperhatikan sebagai persoalan yang berarti, salah satunya dalam aspek akhlak
dan teladan.
Teladan merupakan aspek penting yang sering di lupakan oleh seorang guru. Seorang
murid terkadang meniru apa yang kita ucapkan bahkan apa yang kita lakukan. Hal
ini pernah saya alami sendiri ketika mengajar anak TPA di daerah saya. Ketika
saya sering mengucapkan “ayo le” di dalam kelas, ternyata hanya beberapa waktu murid-murid saya menirukan ucapan saya
tersebut. Sejak itulah saya berfikir, jika ucapan ringan seperti itu saja ditiru
oleh murid-murid saya apalagi dengan perilaku saya. Dalam menjalankan
pekerjaannya seorang guru membutuhkan kesabaran, ketulusan dan dedikasi yang
tinggi dalam membimbing para siswanya untuk menjadi manusia yang cerdas,
berpengetahuan yang baik dan yang sangat penting adalah berakhlakul karimah.
Bagi saya kegiatan mengajar dan mendidik merupakan suatu panggilan hidup
yang istimewa. Bukan hanya sebagai kegiatan yang bersifat take and give
semata. Tapi saya memaknai tiap ucapan maupun tindakan yang saya lakukan adalah
bagian penting dari perjalanan panjang dalam membangun peradaban masa depan. Seorang
guru harus mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya. Minimal apa yang kita
ucapkan dan tindakan yang kita lakukan di hadapan mereka sesuai dengan kaidah
yang benar.
Dalam proses belajar mengajar, materi yang disampaikan akan lebih mengena
dan diserap oleh murid secara efektif jika di barengi dengan aspek keteladan.
Tidak hanya sebatas pada kata-kata dan ucapan saja, tapi langsung ke tindakan
nyata. Seorang guru juga dituntut memiliki akhlak mulia. Tidak hanya baik dalam
mengajar tapi juga baik dalam berkhlak terhadap sekitarnya. Hal ini perlu
ditekankan karena secara tidak langsung, karakter dan akhlak guru akan mudah ditiru
oleh para murid-muridnya.
Post a Comment for "Teladan, Pengajaran yang Terlupakan Oleh Pendidik"