Jadikan Mati Sebagai Penasehat
Banyak
orang yang sengaja berbuat salah karena mereka lupa akan mati. Mereka
tak segan mencuri, korupsi, merampok, bahkan membunuh untuk memenuhi
nafsu duniawi. Padahal jika mereka senantiasa mengingat mati, niscaya
mereka tidak akan seperti itu.
Perbanyaklah mengingat kematian.
Seorang hamba yang banyak mengingat mati maka Allah akan menghidupkan
hatinya dan diringankan baginya akan sakitnya kematian. (HR. Ad-Dailami)
Cukuplah maut sebagai pelajaran (guru) dan keyakinan sebagai kekayaan. (HR. Ath-Thabrani)
Banyak juga
orang yang galau, sedih, bahkan frustrasi atau depresi karena masalah
dunia. Mereka merasa berada di dunia ini selama-lamanya. Sehingga
berbagai masalah seperti patah hati, kemiskinan, kegagalan, itu akan
menerpa mereka selama-lamanya. Padahal hidup di dunia ini hanya
sementara. Jika mereka ingat akan mati, tentu mereka tidak akan merasa
begitu sedih.
Seorang sahabat bertanya, “Ya
Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi
Allah.” Nabi Saw lalu bersabda: “Perbanyaklah mengingat kematian maka
kamu akan terhibur dari (kelelahan) dunia, dan hendaklah kamu bersyukur.
Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklah
doa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul.”
(HR. Ath-Thabrani)
Setiap yang bernyawa, termasuk manusia pasti akan merasakan mati. Dan kepada Allah-lah mereka akan kembali:
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” [Al ’Ankabuut:57]
Setiap manusia pasti akan mati. Pada
dasarnya kita semua akan mati. Namun jarang sekali kita memikirkan itu.
Kita diuji bukan hanya dengan keburukan, tapi juga dengan kebaikan. Kita
paham bahwa kemiskinan itu satu ujian. Tapi berapa banyak yang mengerti
bahwa kekayaan itu juga satu cobaan? Berapa banyak orang-orang kaya
yang gagal karena mereka tidak menyangka kekayaan mereka adalah cobaan
dari Allah. Banyak yang menghabiskan hartanya untuk bermewah-mewahan,
berzina, minum-minuman keras, berjudi, dan segala kemaksiatan lainnya.
Kekayaan mereka tidak digunakan untuk menolong sesama atau pun membantu
orang-orang yang berdakwah dan berjihad:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.” [Al Anbiyaa’:35]
Hingga saat ini belum pernah ada manusia
yang tidak pernah mati. Saat ini tidak ada orang yang berumur lebih
dari 200 tahun dan belum mati.
Pada saat manusia diciptakan, Allah sudah menentukan ajal kematiannya. Kapan orang itu mati sudah ditetapkan:
”Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu)..”[Al An’aam:2]
Pada saat ajal/maut tiba, tidak ada seorang pun yang dapat memajukan atau memundurkan meski hanya sekejap:
”…Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila
telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaatpun dan tidak pula dapat memajukannya.” [Yunus:49]
Seseorang tidak akan mati kecuali jika Allah mengizinkan:
”Sesuatu yang bernyawa tidak
akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah
ditentukan waktunya…” [Ali ’Imran:145]
Oleh sebab itu pada berbagai kecelakaan,
pada berbagai bencana, ada orang yang mati, ada pula orang yang selamat
dengan izin Allah.
Sebaliknya, jika saat kematian telah
tiba, meski seseorang berlindung di dalam benteng yang kokoh, dilindungi
jutaan pengawal, dirawat ribuan dokter, dia tetap akan mati:
”Di mana saja kamu berada,
kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang
tinggi lagi kokoh…” [An Nisaa’:78]
Dalam ayat di bawah Allah menjelaskan,
saat nafas sudah sampai di kerongkongan seseorang dan akan keluar, siapa
yang dapat menyembuhkannya? Meski seluruh manusia dan jin bersatu
(termasuk para dokter dan tabib), niscaya orang itu tidak akan sembuh
dan meninggal dunia:
Sekali-kali jangan. Apabila
nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan
(kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan?”, dan dia yakin bahwa
sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), kepada Tuhanmulah
pada hari itu kamu dihalau.” [Al Qiyaamah:26-30]
Orang yang zalim saat sakarotul maut amat tersiksa:
“…Alangkah dahsyatnya sekiranya
kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan
sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil
berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa
yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah
(perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri
terhadap ayat-ayatNya.” [Al An’aam:93]
Mereka ingin kembali hidup ke dunia agar bisa tobat dan beriman kepada Allah. Tapi hal itu sia-sia:
(Demikianlah keadaan orang-orang
kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari
mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)” [Al
Mu’minuun:99]
Katakanlah: “Malaikat maut yang
diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya
kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.”
Dan, jika sekiranya kamu melihat
mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di
hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat
dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan
amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.” [As
Sajdah:11-12]
Pada saat ajal menjelang / sakarotul
maut, taubat tidak akan diterima. Banyak orang yang terus berbuat dosa
dan menzalimi orang lain. Mereka menipu, mencopet, merampok, membunuh,
menindas orang lain, dan sebagainya. Mereka tidak henti berbuat dosa dan
baru akan bertobat ketika maut sudah di depan mata. Pada saat itu tobat
sia-sia seperti tobatnya Fir’aun:
”Dan tidaklah taubat itu
diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga
apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia
mengatakan : “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula
diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran.
Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” [An
Nisaa’:18]
Banyak orang yang ketika sehat atau berkuasa tidak pernah memikirkan untuk bertobat. Padahal itulah saat yang terbaik.
Padahal maut itu niscaya akan datang meski kita berusaha untuk menghindar:
”Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” [Qaaf:19]
Orang yang zalim akan disiksa. Sebaliknya orang yang beriman dan banyak berbuat kebaikan, niscaya dimasukkan ke surga:
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka
sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan. ” [Ali ’Imran:185]
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa
dia akan mati. Bahkan seorang dokter di rumah sakit pun yang banyak
melihat orang mati, belum tentu dia menyadari bahwa dia juga akan mati.
Tidak sadar akan gelapnya alam kubur dan kengerian hari Akhir. Akibatnya
dia lupa dan malas untuk beribadah kepada Allah SWT. Banyak juga orang
yang melayat orang yang meninggal namun tidak ingat bahwa dia juga akan
menyusul dan meninggal.
Oleh sebab itu hendaknya kita ingat
bahwa kita akan meninggal dan bertemu dengan Allah, Raja dari segala
Raja. Pada saat semua raja-raja, kaisar-kaisar, dan presiden-presiden
sudah dimatikan dan dibangkitkan dari kubur, Hanya Allah yang berkuasa
menaklukan segalanya:
”Dialah Yang Maha Tinggi derajat-Nya,
Yang mempunyai ‘Arsy, Yang mengutus Jibril dengan membawa perintah-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia
memperingatkan manusia tentang hari pertemuan (hari kiamat). Yaitu hari
ketika mereka keluar dari kubur; tiada suatupun dari keadaan mereka yang
tersembunyi bagi Allah. Lalu Allah berfirman: “Kepunyaan siapakah
kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Mengalahkan.” [Al Mu’min:15-16]
Angan-angan manusia begitu panjang. Ada
yang ingin hidup seribu tahun lagi. Ada yang ingin punya banyak uang,
mobil mewah, rumah mewah, dan sebagainya. Kematian adalah garis pendek
yang memotong garis angan-angan manusia yang sangat panjang:
Dari
Anas r.a., katanya: “Nabi s.a.w. menggariskan beberapa garis, lalu
beliau bersabda: “Ini adalah angan-angan manusia sedang ini adalah
ajalnya. Kemudian di waktu orang itu sedang dalam keadaan sedemikian
-yakni angan-angannya masih tetap panjang dan membubung tinggi-,
tiba-tiba datanglah garis yang terpendek -yakni garis yang memotongnya
yaitu kematian-.” (Riwayat Bukhari)
Saat kita mati, tidaklah bermanfaat segala macam uang, mobil mewah, rumah mewah, dan sebagainya:
Dari
Abu Hurairah r.a. pula, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Perbanyaklah olehmu semua akan mengingat-ingat kepada sesuatu yang
melenyapkan segala macam kelezatan -yaitu kematian-.” [HR Imam
Tirmidzi]
Tempat yang dipakai oleh mayit itu
paling 1×2 meter. Bahkan jika keluarganya menyediakan kuburan yang luas
misalnya 1 hektar, tidaklah bisa mayit tersebut memakainya untuk
berjalan-jalan. Dia hanya tergeletak diam di satu tempat.
Hanya amal ibadah kita yang mengikuti kita ke liang kubur:
Ada tiga perkara yang mengikuti
mayit sesudah wafatnya, yaitu keluarganya, hartanya dan amalnya. Yang
dua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang pulang kembali adalah
keluarga dan hartanya, sedangkan yang tinggal bersamanya adalah
amalnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada dasarnya uang yang kita pegang atau
belanjakan untuk dunia, itu bukan uang kita. Uang yang kita pegang akan
berpindah ke ahli waris kita. Ada pun uang yang kita belanjakan,
berpindah ke para pedagang. Kita beli mobil, maka uang itu jadi uang
penjual mobil. Kita beli rumah, uang itu berpindah ke penjual rumah.
Hanya uang yang kita sedekahkan di jalan Allah seperti untuk membantu
perjuangan dakwah dan jihad itulah yang benar-benar menjadi milik kita.
Sebagai bekal agar kita bisa mendapatkan surga.
Jadi hendaknya kita senantiasa ingat
akan mati. Jadikan Maut itu sebagai penasehat bagi kita agar kita tidak
berbuat macam-macam. Rajin-rajinlah melayat orang yang meninggal karena
itu akan mengingatkan kita akan mati. Nabi senantiasa ziarah kubur
seminggu sekali dan mendoakan para ahli kubur dan juga dirinya saat
mengunjungi istrinya Siti ‘Aisyah. Dengan itu, Nabi senantiasa ingat
akan mati. Hendaknya kita juga rajin melakukan ziarah kubur makam
orang-orang saleh atau keluarga kita agar kita bisa ingat mati.
Berdoalah kepada Allah untuk keselamatan para ahli kubur dan juga diri
kita sebagaimana yang disunnahkan oleh Nabi.
Post a Comment for "Jadikan Mati Sebagai Penasehat"